Sabtu 16
November 2013, SMANSA Ungaran telah melaksanakan kegiatan Festival Dolanan Anak
atau yang sering dikenal dengan FDA, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan.
Yang sebelumnya telah diadakan pada bulan yang sama pada tahun 2012 lalu. Dalam
kegiatan ini, para siswa diwajibkan untuk mengenakan pakaian jadul, dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Misalnya untuk anak perempuan mereka mengenakan rok
batik, atau yang dikenal dengan istilah jarit, dan atasannya mengenakan kebaya.
Rambutnya pun diikat dua, atau dikepang. Sedangkan bagi anak laki-laki
mengenakan celana hitam polos panjang atau pendek. Sedangkan atasannya
mengenakan kaos hitam atau putih polos yang dan luarannya menggunakan lurik
atau sejenisnya. Dan setiap kelas diwajibkan untuk mengeluarkan satu pasang
maskot laki-laki dan perempuan, serta membuat spanduk masing-masing kelas.
Kegiatan ini sukses terlaksana. Dengan dibuka secara resmi oleh Bapak Kepala
Sekolah dan dilanjutkan acara kirab di sepanjang jalan wilayah Ungaran, lalu
dilanjutkan oleh beberapa pertunjukan seperti menyanyikan lagu langgam, lagu
dolanan anak, serta pentas drama. Tak hanya itu, dalam kesempatan ini pula para
siswa diajak untuk kembali pada masa kecil mereka. Yaitu dengan bermain
benthik, dakon, betengan, jinggobel, bekelan, egrang bathok, dan lain
sebagainya. Guyuran hujan tidak menyurutkan semangat para siswa untuk
berpartisipasi. Dan acara penutup diisi dengan acara dakon massal. Lengkap
sudah acara Festival Dolanan Anak Season 2 kali ini. Intinya, kami bangga
dengan acara tahunan ini, dan merasa harus ikut serta dalam mempertahankan
budaya dolanan anak, karena kalau bukan kita siapa lagi ? Tidak peduli berapa
usia kita sekarang, masih anak-anak atau sudah dewasa, tapi tetap saja itu
adalah budaya yang harus kita jaga agar tetap lestari. Karena bagaimanapun,
dari permainan tradisional inilah, kita mendapat banyak pelajaran, misalnya
dengan bermain dakon atau congklak kita belajar bagaimana caranya untuk
bersikap jujur. Permainan jinggobel mengajarkan bagaimana kita harus bersikap
tolong menolong. Sampai permainan betengan pun mengajarkan bagaimana kita
harus kerja sama, peduli satu sama lain.
Jadi tak hanya kesenangan saja yang didapat namun juga pelajaran-pelajaran
hidup yang dapat tertanam dalam diri kita sejak kecil. Bahkan dengan mengenal
dolanan anak ini, kita seharusnya bersyukur. Ya, karena ketika berkaca pada
realita yang ada saat ini, kita seharusnya merasa prihatin. Banyak kita jumpai
ketika anak berusia 6 tahun saja sudah lihai memainkan game di ipad, smartphone,
game online, dan playstation. Hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi
yang tak terbendung. Dan dapat dikatakan bahwa anak-anak tersebut hanya akan
tercetak menjadi generasi sekitar mereka, dan apabila hal ini dibiarkan terus
menerus maka akan berdampak serius pada generasi penerus bangsa.