Tuesday, November 19, 2013

Festival Dolanan Anak #2



Sabtu 16 November 2013, SMANSA Ungaran telah melaksanakan kegiatan Festival Dolanan Anak atau yang sering dikenal dengan FDA, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan. Yang sebelumnya telah diadakan pada bulan yang sama pada tahun 2012 lalu. Dalam kegiatan ini, para siswa diwajibkan untuk mengenakan pakaian jadul, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Misalnya untuk anak perempuan mereka mengenakan rok batik, atau yang dikenal dengan istilah jarit, dan atasannya mengenakan kebaya. Rambutnya pun diikat dua, atau dikepang. Sedangkan bagi anak laki-laki mengenakan celana hitam polos panjang atau pendek. Sedangkan atasannya mengenakan kaos hitam atau putih polos yang dan luarannya menggunakan lurik atau sejenisnya. Dan setiap kelas diwajibkan untuk mengeluarkan satu pasang maskot laki-laki dan perempuan, serta membuat spanduk masing-masing kelas. Kegiatan ini sukses terlaksana. Dengan dibuka secara resmi oleh Bapak Kepala Sekolah dan dilanjutkan acara kirab di sepanjang jalan wilayah Ungaran, lalu dilanjutkan oleh beberapa pertunjukan seperti menyanyikan lagu langgam, lagu dolanan anak, serta pentas drama. Tak hanya itu, dalam kesempatan ini pula para siswa diajak untuk kembali pada masa kecil mereka. Yaitu dengan bermain benthik, dakon, betengan, jinggobel, bekelan, egrang bathok, dan lain sebagainya. Guyuran hujan tidak menyurutkan semangat para siswa untuk berpartisipasi. Dan acara penutup diisi dengan acara dakon massal. Lengkap sudah acara Festival Dolanan Anak Season 2 kali ini. Intinya, kami bangga dengan acara tahunan ini, dan merasa harus ikut serta dalam mempertahankan budaya dolanan anak, karena kalau bukan kita siapa lagi ? Tidak peduli berapa usia kita sekarang, masih anak-anak atau sudah dewasa, tapi tetap saja itu adalah budaya yang harus kita jaga agar tetap lestari. Karena bagaimanapun, dari permainan tradisional inilah, kita mendapat banyak pelajaran, misalnya dengan bermain dakon atau congklak kita belajar bagaimana caranya untuk bersikap jujur. Permainan jinggobel mengajarkan bagaimana kita harus bersikap tolong menolong. Sampai permainan betengan pun mengajarkan bagaimana kita harus  kerja sama, peduli satu sama lain. Jadi tak hanya kesenangan saja yang didapat namun juga pelajaran-pelajaran hidup yang dapat tertanam dalam diri kita sejak kecil. Bahkan dengan mengenal dolanan anak ini, kita seharusnya bersyukur. Ya, karena ketika berkaca pada realita yang ada saat ini, kita seharusnya merasa prihatin. Banyak kita jumpai ketika anak berusia 6 tahun saja sudah lihai memainkan game di ipad, smartphone, game online, dan playstation. Hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang tak terbendung. Dan dapat dikatakan bahwa anak-anak tersebut hanya akan tercetak menjadi generasi sekitar mereka, dan apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan berdampak serius pada generasi penerus bangsa. 










































No comments:

Post a Comment