Saturday, September 21, 2013

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP TOLERANSI BERAGAMA PELAJAR SMA NEGERI 1 UNGARAN

Ini dia hasil mikir satu bulan lebih buat ikutan Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja Se-Jawa Tengah. Temanya Diversitas Agama. Untungnya sih pesertanya per-team, aku satu tim dua orang. Dan ngambil sub judul Diversitas Agama Bidang Sosial. 

PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP TOLERANSI BERAGAMA
PELAJAR SMA NEGERI 1 UNGARAN
Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan LKTI Pelajar se- Jawa Tengah




Oleh
1.        Cindya Tiara Citra Maharani
2.        Dinda Tiara Firdaus
SMA NEGERI 1 UNGARAN
Jalan Diponegoro No. 42 Ungaran
Website : sman1-ungaran.sch.id


2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bhineka Tunggal Ika atau berbeda-beda tapi tetap satu, mendasari keberagaman suku, ras, agama di Indonesia, hal ini menimbulkan pluralisme masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Pada era modern, muncul berbagai aspek yang menyeret khususnya remaja Indonesia dalam ruang lingkup globalisasi yang dapat mempengaruhi berbagai hal, seperti teknologi, fashion cara pandang individu dan agama. Setiap remaja memiliki caranya masing-masing untuk berpartisipasi dalam era globalisasi di Indonesia dengan hal yang mendasar dalam diri sendiri yaitu agama.
 Berbagai pengaruh positif maupun negatif berjalan beriringan, keduanya seimbang, tergantung para remaja dalam menyikapinya. Agama menjadi tolok ukur para remaja dalam partisipasinya menyikapi pengaruh globalisasi. Cara pandang remaja era masa kini, jauh dari kesan kuno, remaja mulai terbuka dalam menyikapi berbagai aspek globalisasi yang merambah dalam berbagai tingkatan sosial dalam masyarakat. Perbedaan agama yang menjadi pembatas antara individu mulai terkikis dengan adanya globalisasi yang sifatnya mendunia, tanpa batas, terbuka, dan dapat di nikmati berbagai kalangan.
           Hal ini menjadikan setiap pemeluk agama berpandangan bahwa setiap agama memiliki nilai kebenaran. Sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berbeda agama hidup dengan rukun, saling membantu, memiliki toleransi dalam menjalankan agamanya masing-masing. Setiap pemeluk agama memiliki caranya sendiri dalam menyembah Tuhannya, menjauhi larangan, dan melaksanakan kebaikan sesuai perintah kitabnya masing-masing. Sebagai remaja tentunya pengenalan agama sudah diberikan sejak usia dini. Dalam islam di katakan bahwa setiap manusia yang sudah menginjak usia baligh atau remaja wajib melaksanakan ibadah sesuai perintah Allah SWT. 
Setiap kegiatan remaja baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tidak lepas dengan pengaruh globalisasi. Dari sinilah remaja belajar bagaimana peran remaja dalam menghargai agama lain agar timbul keamanan dan bukan timbulnya kerusuhan seperti apa yang sering diberitakan dalam media televisi atau media koran. Setiap remaja dengan sadar mengakui bahwa setiap agama memiliki perbedaan, dalam al qur’an pun di jelaskan bahwa “bagiku agamaku dan bagimu agamamu” (QS. Al Kafirun)  yang berarti dalam menjalankan agama setiap pemeluknya tidak memiliki sangkut paut, karena apa yang diajarkan memiliki perbedaan yang mendasar, namun pengaruh globalisasi seharusnya dapat menyatukan perbedaan dalam lingkup kehidupan modern.
B.     Identifikasi Masalah
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana Potret kehidupan pluralisme agama pada era globalisasi di lingkungan remaja?
2.      Bagaimana tingkat toleransi peserta didik berbeda agama di lingkup SMA Negeri 1 Ungaran ?
3.      Bagaimana solusi dalam menyikapi perbedaan agama pada era globalisasi masa kini ?

C.     Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Penyusunan  karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk.
1.      Mengetahui potret kehidupan beragama pada era globalisasi di lingkungan.
2.      Mengetahui tingkat toleransi peserta didik berbeda agama di lingkup SMA Negeri 1 Ungaran.
3.      Mengetahui pengaruh perbedaan agama dan solusi perbedaan agama pada era globalisasi yang terdapat di lingkungan SMA Negeri 1 Ungaran.

D.    Manfaat PenulisanKarya Ilmiah
Manfaat penulisan karya ilmiah ini secara teori dapat menambah pengetahuan maupun wawasan mengenai pengaruh globalisasi terhadap tingkat toleransi pelajar SMA . adapun penulisan karya ilmiah ini secara praktis   :
1.      Memberi gambaran potret kehidupan beragama pada era globalisasi di lingkungan .
2.      Menjadi salah satu solusi dalam menyikapi perbedaan agama pada era globalisasi agar terciptanya lingkungan yang harmonis.
3.      Menjaga dan meningkatkan toleransi antara berbagai pluralism agama agar tidak terjerumus dalam arus globalisasi yang negatif.

E.     Metode Penulisan Karya Ilmiah
Dalam penyusunan karya tulis remaja, penulis menggunakan metode diskriptif kualitatif serta pembagian angket, dimana karya tulis ini berisi potret suatu permasalahan dan pengolahan data serta solusinya. Penulis memperoleh data melalui studi pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber  dan pengolahan data melalui pengisian angket.

F.      Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Remaja
1.      Pendahuluan
a.       Latar Belakang
b.      Identifikasi Masalah
c.       Tujuan penulisan Karya Tulis
d.      Manfaat Penulisan Karya Tulis
e.       Metode Penulisan Karya Tulis
f.       Sistematika Penulisan Karya Tulis
g.      Daftar Pustaka
h.      Lampiran
i.        Pembimbing
2.      Pembahasan
a.       Potret kehidupan antar agama pada era globalisasi di kalangan pelajar
b.      Analisis pentingnya toleransi pelajar siswa SMA Negeri 1 Ungaran
c.       Solusi dalam menghadapi toleransi di era globalisasi
3.      Penutup
a.       Kesimpulan
b.      Saran














BAB II
PEMBAHASAN  
A.      Potret Kehidupan Antaragama Pada Era Globalisasi di Kalangan Pelajar
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang berarti mempunyai tradisi, dalam pengertian bahasa latin adalah religi (religio) berdasar pada kata re-ligare yang artinya mengikat diri kembali atau  mengikat diri kepada Tuhan.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Dengan kata lain, globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini menjadi realita dan sangat mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru.
Demikian, dua kata yang menjadi sorotan pada topik kali ini. Mengapa agama dan globalisasi, karena dengan disatukannya dua hal tersebut maka akan melahirkan toleransi yang kuat antar agama. Dengan adanya teknologi globalisasi yang semakin canggih dan dibentengi oleh iman beragama yang kuat dari dalam hati maka akan menghasilkan insan beragama yang cerdas dan toleran. Sebaliknya, ketika globalisasi ini disalahgunakan maka akan terjadi perpecahan antar umat manusia, karena tidak adanya rasa saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. Padahal, dengan adanya perbedaan inilah maka ilmu-ilmu dan pengalaman baru akan muncul untuk lebih memperkuat keimanan dan mencerdaskan pemikiran.
Di Indonesia kita mengenal berbagai macam agama. Diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Lalu muncul beberapa kepercayaan lain seperti Kong Hu Chu, dan Keharibaan. Setiap agama saling mempengaruhi masyarakat. Begitu pula sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi agama yang menyebabkan sebuah interaksi yang dinamis.
Perbedaan agama muncul karena rasa kagum terhadap sesuatu yang lebih hebat darinya. Petir yang menyambar, guntur yang menggelegar, gunung meletus. Membuat manusia merasa yakin bahwa ada kekuatan di luar dirinya atau yang biasa kita sebut kekuatan supranatural. Berdasarkan pengetahuan inilah manusia akhirnya memiliki kepercayaan atau agama yang berbeda-beda. Keyakinan-keyakinan ini muncul berkaitan dengan pengalaman hidup mereka. Maka cukup sulit untuk menentukan kebenaran sebuah keyakinan yang satu dengan keyakinan yang lain.
 Di Indonesia memiliki berbagai adat istiadat yang berbeda-beda. Hal ini juga mempengaruhi perbedaan agama . Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2010 menyatakan bahwa 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam 6,96%, Protestan 2,9%, Katolik 1,69%, Hindu 0,72%, Budha 0,05%, Kong Hu Chu 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Dalam sensus tersebut dapat di simpulkan bahwa agama di Indonesia di dominasi oleh agama Islam, sehingga menjadikan Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara di dunia dengan pemeluk agama islam terbanyak.
Pada akhirnya perbedaan keyakinan ini merambah dalam berbagai lingkup seperti lingkup perbedaan agama di SMA N 1 Ungaran. Dengan perbandingan penganut Agama Islam sebanyak 91%, Kristen 4% dan Katolik  5%  . SMA Negeri 1 Ungaran sudah terbiasa menghadapi problematik toleransi dalam hal diferensiasi beragama di kalangan peserta didik. Dengan perbandingan yang cukup besar antara penganut agama Muslim dan Non Muslim, tak lepas dari kesenjangan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga dihadapkan pada kritikan bahwa Islam adalah agama intoleran, diskriminatif, ekstrem. Islam dituduh tidak memberikan kebebasan ruang beragama, kebebasan berpendapat. Sedangkan dalam kehidupan sebenarnya banyak dari pemeluk agama islam yang menjunjung tinggi toleransi, hal ini seharusnya menepis semua anggapan miring dari kritikan yang ada.
Globalisasi kini sudah bukan lagi mengenai fashion, narkoba, gaya hidup boros, freesex, dan lain sebagainya. Namun globalisasi sudah mulai merambah pada aspek keagamaan. Dalam hal ini perbedaan agama sudah dapat diterima masyarakat umum secara terbuka. Dapat dicontohkan bahwa perayaan Hari Natal memang hari besar umat Nasrani, namun banyak masyarakat beragama lain yang mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani. Begitupun sebaliknya, Hari Raya Idul Fitri sudah bukan lagi milik umat Islam, tetapi milik masyarakat Indonesia secara global.
Dalam hal ini remaja juga berpartisipasi agar agama yang ia yakini dapat diterima oleh rekan-rekan mereka yang berbeda agama. Seperti misalnya Hijab. Para remaja muslim pada saat ini mulai berinovasi dalam pengembangan model berjilbab. Dan dengan adanya hijab ini maka akan mengkikis anggapan miring bahwa remaja muslim yang berjilbab dianggap kuno, ektrim, dan fanatik. Pergaulan remaja berbeda agama pun sudah menjadi hal yang wajar. Bahkan kini banyak  ditemui pasangan berbeda agama. Di bawah ini merupakan dampak dari adanya fenomena globalisasi yang merambah pada bidang keagamaan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak positif :
1.        Dapat mempermudah memperoleh informasi mengenai pendidikan agama melalui media  internet.
2.        Dengan adanya internet kita mendapat informasi tentang pentingnya menjalankan atau beribadah sehingga kita dapat memperkuat keimanan.
3.        Dapat meningkatkan pengetahuan karena dalam agama Islam sangat menjunjung tinggi orang yang memilki ilmu yang banyak (tholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wal muslimat).
4.        Internet sebagai media dapat mempermudah penyebaran agama.


Dampak negatif :
1.      Menurunnya akhlak umat Islam yang dikarenakan mengikuti budaya barat.
2.      Kurangnya potensi dan kreativitas individu muslim akibat tidak adanya kebebasan pemikiran di tengah kaum muslim sendiri.
3.      Sikap kritis yang total terhadap peradaban barat didukung oleh kebebasan jiwa dari dominasi ide-ide barat.
4.      Ada pergeseran  identitas yang didominasi pengaruh siaran televisi, radio, media massa, dan yang mengalami ledakan dahsyat dalam dasawarsa belakangan ini yaitu internet
Dari dampak-dampak di atas, sugesti dari diri sendiri maupun lingkungan sangat mempengaruhi toleransi. Sedangkan dalam konsep tri kerukunan umat (Menteri Agama RI tahun 1978-1984 H. Alamsjah Ratu Perwiranegara) beragama di Indonesia menyebutkan bahwa  :
1.    Kerukunan intern umat beragama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Islam.
2.    Kerukunan antar umat beragama , yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.
3.    Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, yaitu bentuk kerukunan semua umat-umat  beragama menjalin hubungan yang  yang harmoni dengan Negara/ pemerintah.
Lalu bagaimana Islam memandang hidup berteman dan berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda agama ? Secara umum hukum berteman dan berinteraksi dengan mereka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
-          Haram dan murtad jika terdapat kerelaan terhadap kekufuran mereka.
-          Haram jika ada kacenderungan kepada kekufuran mereka atau saling membantu dan menolong mereka(karena kecenderungan) baik karena unsur kerabat atau cinta tetapi dengan tetap meyakini bahwa agama mereka adalah bathil.
-          Boleh tetapi makruh jika sekedar hidup bersosial dengan baik-baik atau  lahiriyahnya saja.
Namun yang perlu diwaspadai adalah, pertemanan yang baik dan akrab antaragama akan menarik seseorang cenderung mencintai mereka, dan itu haram. Bahkan apabila dampak dari pertemanan tersebut sampai menyeret untuk hadir dan membantu dalam acara kekufuran mereka.
B.                Analisis Pentingnya Toleransi Antar Pelajar SMA Negeri 1 Ungaran

Hidup bersosial bukanlah hal yang mudah. Ketika setiap orang memiliki pilihan, selera dan privasi masing-masing, seseorang tidak pantas untuk memaksakan pilihan, atau seleranya kepada orang lain. Dengan kata lain toleransi harus ditegakkan. Hormatilah pilihan orang lain, agar orang lain menghormati pilihan kita.  
Mobil yang kita miliki, mungkin itulah pilihan yang tepat bagi kita. namun bagi orang lain, bisa jadi mobil mereka lah yang paling istimewa bagi mereka
Selera kita adalah apa yang spesial bagi kita, begitupun dengan orang lain, selera mereka adalah yang paling spesial bagi mereka. Masing-masing orang dengan pilihannya tanpa harus saling mencemooh maupun menghina.
Tidak ada keharusan untuk saling bertukar pilihan, jangankan bertukar, mencoba pilihan orang lain pun bukanlah hal yang dibenarkan. ketika kita mengartikan sebuah kepercayaan beragama.
Namun di zaman era globalisasi ini banyak orang yang salah memahami arti toelransi beragama. Sehingga menyamakannya dengan tukar guling keyakinan. Dan menganggap bahwa mereka yang bersikukuh bahwa agama dan kepercayaan merekalah yang paling benar berarti tidak bertoleransi
Doktrin semacam ini sangat menyimpang, dan sangat tidak mungkin untuk diamalkan. Dalam hal ini, toleransi lebih diluruskan pada, kita tetap menghargai orang lain terhadap pilihan agamanya, dan ketika mereka melakukan ibadah agama yang mereka yakini kita tidak harus menghinanya, namun pada saat iu juga kita tetap yakin bahwa agama yang kita anutlah yang paling benar, sedangkan agama mereka yang salah. Walaupun kita tidak mencemooh dan mengolok-olok pilihan mereka, apalagi sampai mekasakan pilihan.
Kita bertoleransi terhadap pilihan mereka, namun pada saat yang sama kita tetaplah orang yang antitukar guling ideologi. Sebagaimana firman Allah SWT.
“....bagiku agamaku dan bagimulah agamamu.”
Untuk mengetahui sejauh mana keterbukaan dalam hal toleransi beragama bagi peserta didik, maka kami melakukan riset penelitian di SMA Negeri 1 Ungaran. Hal ini menunjukkan seberapa besar peserta didik menghayati akan pentingnya toleransi dalam perilaku dan pandangan hidupnya. Tingkat keterbukaan pentingnya toleransi diukur berdasarkan angket yang telah kami susun dengan beberapa modifikasi.
Pengambilan data diambil berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Glock dan Strak. Karena dalam penelitian ini sampelnya merupakan peserta didik yang berada dalam unit populasi, maka teknik pengambilan sampelnya ditetapkan secara purpossive random sampling yaitu memilih sampel berdasarkan tingkat kelas tertentu. Dalam hal ini di SMA Negeri 1 Ungaran menempatkan anak anak yang berbeda agama dalam satu kelas khusus.
Dalam satu angkatan terdiri atas 2 kelas yang berisi anak-anak dalam agama yang berbeda. Jadi  dalam kesehariannya tidak semua peserta didik merasakan interaksi dengan rekan yang berbeda agama. Jadi subjek dalam sampel ini adalah anak-anak yang menempati kelas khusus tersebut. Serta beberapa peserta didik secara personal, yang menempati kelas dengan rekan rekan yang berkeyakinan sama. Terdiri dari 30 responden kelas X, 30 responden kelas XI, 30 responden kelas XII ( kelas dengan siswa beragama Islam dan katolik). Berikut adalah tabel hasil angket sesuai tingkatan kelas.

Kategori
PENGGOLONGAN TINGKAT KETERBUKAAN TOLERANSI BERAGAMA
Islam
Katolik
Kristen
Sangat Baik
38%
44%
25%
Baik
44%
25%
50%
Rendah
25%
31%
25%
Total
100%
100%
100%

            Dapat dilihat hasil penelitian secara global yang menunjukkan hasil penjumlahan persentase tingkat toleransi siswa SMA Negeri 1 Ungaran yang menunjukkan bahwa tingkat toleransi Agama Islam dengan kategori baik  sebanyak 44% menduduki peringkat pertama. Hal ini menunjukkan bahwa penganut Agama Islam terbuka dan toleran terhadap perbedaan agama.
            Pada Agama Katolik kategori sangat baik dengan persentase sebanyak 44% menduduki peringkat pertama, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penganut Agama Katolik sangat terbuka dan toleran terhadap perbedaan agama yang ada saat ini.
            Pada Agama Kristen kategori baik menduduki peringkat pertama dengan persentase sebanyak 50% hal ini menunjukkan bahwa penganut Agama Kristen terbuka dan toleran dengan adanya perbedaan agama.      
            Dapat disimpulkan bahwa, mayoritas peserta didik di SMA Negeri 1 Ungaran terbuka dengan adanya perbedaan keyakinan di lingkungan sekolah, tempat tinggal, dan dalam lingkungan masyarakat umum. Dalam hal ini globalisasi sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menyikapi perbedaan agama. Karena dengan globalisasi maka ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin canggih, hal itu dapat mempermudah penyebaran ajaran-ajaran agama melalui dunia maya. Mengatasi toleransi pada era globalisasi dapat pula di dukung dengan pengamalan agama yang didapat dari guru pembimbing masing-masing agama. Dapat di buktikan bahwa setiap agama pasti tidak menginginkan adanya peperangan, perpecahan dengan agama lain. Dalam Islam di katakan bahwa “seseorang diukur bukan berdasarkan jabatan namun berdasarkan tingkat keimanannya” salah satu wujud keimanan seseorang selain meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan,yaitu melaksanakan keimanan dengan tindakan salah satunya dengan bersikap saling menghargai antarsesama manusia yang menunjukkan bahwa pengamalan keimanan dalam kehidupan sehari-hari menuju taraf yang sempurna.
            Tingkat toleransi antar sesama sangat berpengaruh, seperti di lingkungan SMA Negeri 1 Ungaran  dengan adanya pengelempokokan siswa beragama islam dengan agama non islam akan tergambar jelas misalnya tingkat toleransi antar siswa  rendah maka akan terjadi persaingan secara individual, dampak lainnya yang lebih berbahaya yaitu apabila antar beda agama saling menjelek jelekkan secara terbuka. Namun realitanya dapat di lihat dari hasil angket bahwa notabene siswa SMA Negeri 1 Ungaran memiliki tingkat toleransi dengan taraf yang baik dalam lingkungan kelas dengan perbedaan agama.
C.    Solusi Dalam Menghadapi Toleransi Beragama di Era Globalisasi
Pada akhirnya gelombang globalisasi dengan dukungan perkembangan telekomunikasi dan transportasi yang berkembang nyaris setiap detik, justru menjelma menjadi fenomena yang tak mungkin lagi terbendung. Kita nampaknya tidak mempunyai pilihan lain selain turut serta dalam arusnya yang sangat kuat. Tinggal kemudian kita yang menentukan: apakah kita sekedar menjadi “pemain” yang pasrah mengikuti ke mana saja ia mengalir, atau justru menjadi “pemain” yang lihai memanfaatkan arusnya untuk mewujudkan cita-cita ke Islaman kita.
Namun globalisasi tidak hanya mengenai paham sekulerisme,  yaitu paham yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama. Jadi dalam urusan duniawi tidak boleh dicampur dengan agama, padahal seharusnya kita selalu menyatukan keduanya secara seiringan sehingga tercipta kehidupan yang selaras. Tetapi hal ini sangat bertentangan dengan apa yang terjadi di Indonesia sebuah negara yang memegang prinsip adat ketimuran yang menjadikan agama sebagai landasan yang kuat. Khususnya Islam dan umat Islam sesungguhnya dapat memanfaatkan globalisasi sebagai jalan efektif untuk memperteguh identitasnya. Bahkan sudah seharusnya demikian. Artinya pemanfaatan globalisasi dalam rangka meneguhkan bahkan menyebarkan identitas Islam dan umat Islam sesungguhnya telah sampai pada taraf kewajiban.
Pemanfaatan globalisasi tentu saja didasarkan pada pandangan objektif bahwa fenomena ini tidak sepenuhnya mengandung nilai-nilai negatif. Fenomena ini sebenarnya menyimpan sebuah kekuatan, yang dampak-dampaknya bergantung pada “siapa dan bagaimana” ia dimanfaatkan. Senjata paling mematikan yang dimiliki oleh globalisasi adalah media informasi dan sarana telekomunikasi dengan segala variannya yang berkembang setiap hari. Dan seperti yang telah disinggung sebelumnya, hari ini kita menantikan kolaborasi antara ulama, pemikir, ilmuwan ahli, budayawan, dan pelaku-pelaku globalisasi muslim untuk meracik secara tepat, untuk kemudian menyajikan jawaban positif Islam atas globalisasi.
Untuk mengatasi hal ini, maka kami selaku penulis mencanangkan sebuah solusi untuk sama-sama berperan dalam hal penyebaran ajaran-ajaran agama, sarana dakwah, srana diskusi melalui media sosial berupa blog. Hal ini kami sesuaikan dengan kondisi pada masa kini, dimana segala hal dapat diakses dengan teknologi. Dan dengan media dakwah blogging ini maka siapapun terutama para remaja dapat mengaksesnya secara bebas. Blog ini telah kami rilis pada tanggal 2 September 2013, dengan alamat differentinmyopinion.blogspot.com. Blog ini telah dikunjungi oleh beberapa rekan-rekan pelajar yang ingin membaca artikel yang telah kami terbitkan. Dalam hal ini kami lebih mementingkan dialog lintas agama yang dibagi menjadi dua hal yaitu dialog vertikal dan dialog horizontal.
Dialog vertikal yaitu pemahaman dan penghayatan akan fungsi dan makna keagamaan secara mendalam bukan fanatisme dalam beragama. Dalam pengertian kemasyarakatan kita, banyak yang mempertentangkan suatu agama dengan agama lain, bahkan antar sesama pemeluk agama tertentu. Karenanya para tokoh agama mengingatkan betapa pentingnya penghayatan keagamaan dan untuk memperluas pengetahuan dialog vertikal. Unsur penting dalam dialog vertikal adalah mendalami materi keagamaan secara intern. Artinya, kita harus belajar dan memperdalam secara objektif makna agama kita masing-masing. Dalam arti lain yaitu pengabdian kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan inilah yang disebut dengan dialog vertikal.
Dialog horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang asasi, dengan menempatkan manusia pada posisi kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berakal budi, yang kreatif dan  berbudaya. Suatu sifat dalam dialog, di mana seseorang melihat lawan dialognya dengan hati lapang dan penuh penghargaan (‘ain al ridla), bukan sebaliknya, melihat lawan dialognya sebagai musuh dan penuh kebencian (‘ain al sukhth). Sikap dasar moral harus tetap dipertahankan dalam hubungan dialog horizontal.
Oleh karena itu, umat beragama tidak layak mempertentangkan dan menghancurkan eksistensi orang lain dengan mengatasnamakan agama. Dunia yang semakin dekat ini mengharuskan penganut agama-agama untuk berdialog dan saling memahami. Dan tentu saja dialog semacam itu lebih baik daripada permusuhan yang akan menimbulkan kesenjangan dan berbagai macam kekacauan.






BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Era globalisasi telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan remaja dari segi teknologi, fashion, cara pandang dan agama. Di sini peran agama khususnya mendampingi remaja dalam bertindak di lingkungan yang memiliki kemajemukan dalam agama. Kebiasaan kuno masyarakat zaman dahulu jauh berbeda dengan keterbukaan masyarakat saat ini dalam menerima perbedaan agama dalam lingkungan mereka. Hal ini dapat terbukti dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa tingkat toleransi seseorang di lingkungan SMA Negeri 1 Ungaran yang notabene menjadi objek penelitian didominasi oleh taraf  toleransi  dengan nilai baik hingga sangat baik. Pengaruh globalisasi dalam kehidupan masyarakat era modern memiliki dampak negatif maupun positif tergantung bagaimana seseorang bersikap kritis dengan merambahnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan sosial masing-masing individu. Dengan penyediaan blog yang membahas mengenai berbagai hal yang sesuai dengan peningkatan toleransi sebagai pengaruh globalisasi di lingkungan para pelajar kami bertujuan untuk membuat tempat bertukar pikiran, menambah wawasan dan meningkatkan toleransi dalam lingkungan pelajar melalui media sosial yang dapat di akses dengan mudah pada era globalisasi ini. Langkah selanjutnya agar pelajar semakin meningkatkan toleransinya adalah dengan adanya kerjasama antar sesama pelajar meskipun berebeda agama.
Pada khirnya jika berbicara mengenai kerukunan maka harus berbicara tentang kita, bukan berbicara tentang aku dan kamu sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhaammad SAW dalam Piagam Madinah. Semoga kita selalu mampu menjaga persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwah Basyariyah), Persaudaran Kebangsaan (Ukhuwah Wathaniyah) dan Persaudaraan seiman (Ukhuwah Diniyah) di bumi Indonesia yang kita cintai ini, agar kita dapat hidup rukun dan harmoni.
B.                Saran
Dalam penulisan karya ilmiah ini , kami memberikan beberapa saran dalam rangka meningkatkan moral pelajar, yaitu  :
1.      Diharapkan dengan adanya blog di media sosial menjadikan para remaja memiliki tempat bertukar pikiran yang tepat pada era globalisasi seperti saat ini.
2.      Diharapkan dengan adanya blog ini dapat mencegah tindakan intoleran yang mengatas namakan pemebelaan agama terutama di kalangan pelajar.
3.      Hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
4.      Hasil penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan referensi oleh remaja khususnya pelajar SMA Negeri 1 Ungaran dalam menyikapi pengaruh globalisasi yang merambah dalam berbagai aspek khususnya aspek keagamaan










No comments:

Post a Comment