Ini dia hasil mikir satu
bulan lebih buat ikutan Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja Se-Jawa Tengah. Temanya
Diversitas Agama. Untungnya sih pesertanya per-team, aku satu tim dua orang.
Dan ngambil sub judul Diversitas Agama Bidang Sosial.
TERHADAP TOLERANSI
BERAGAMA
PELAJAR SMA NEGERI 1
UNGARAN
Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan LKTI Pelajar se- Jawa Tengah
Oleh
1.
Cindya Tiara Citra
Maharani
2.
Dinda Tiara Firdaus
SMA NEGERI 1 UNGARAN
Jalan Diponegoro No. 42 Ungaran
Website : sman1-ungaran.sch.id
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bhineka Tunggal Ika atau
berbeda-beda tapi tetap satu, mendasari keberagaman suku, ras, agama di
Indonesia, hal ini menimbulkan pluralisme masyarakat Indonesia dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Pada era modern, muncul berbagai aspek yang
menyeret khususnya remaja Indonesia dalam ruang lingkup globalisasi yang dapat
mempengaruhi berbagai hal, seperti teknologi, fashion
cara pandang individu dan agama. Setiap remaja memiliki caranya masing-masing
untuk berpartisipasi dalam era globalisasi di Indonesia dengan hal yang
mendasar dalam diri sendiri yaitu agama.
Berbagai
pengaruh positif maupun negatif berjalan beriringan, keduanya seimbang,
tergantung para remaja dalam menyikapinya. Agama menjadi tolok ukur para remaja
dalam partisipasinya menyikapi pengaruh globalisasi. Cara pandang remaja era
masa kini, jauh dari kesan kuno, remaja mulai terbuka dalam menyikapi berbagai
aspek globalisasi yang merambah dalam berbagai tingkatan sosial dalam
masyarakat. Perbedaan agama yang menjadi pembatas antara individu mulai
terkikis dengan adanya globalisasi yang sifatnya mendunia, tanpa batas,
terbuka, dan dapat di nikmati berbagai kalangan.
Hal ini menjadikan setiap pemeluk
agama berpandangan bahwa setiap agama memiliki nilai kebenaran. Sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berbeda agama hidup dengan rukun,
saling membantu, memiliki toleransi dalam menjalankan agamanya masing-masing. Setiap
pemeluk agama memiliki caranya sendiri dalam menyembah Tuhannya, menjauhi
larangan, dan melaksanakan kebaikan sesuai perintah kitabnya masing-masing. Sebagai
remaja tentunya pengenalan agama sudah diberikan sejak usia dini. Dalam islam di katakan
bahwa setiap manusia yang sudah menginjak usia baligh atau remaja wajib
melaksanakan ibadah sesuai perintah Allah SWT.
Setiap kegiatan remaja baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tidak lepas dengan pengaruh
globalisasi. Dari sinilah remaja belajar bagaimana peran remaja dalam menghargai
agama lain agar timbul keamanan dan bukan timbulnya kerusuhan seperti apa yang
sering diberitakan dalam media televisi atau media koran. Setiap remaja dengan
sadar mengakui bahwa setiap agama memiliki perbedaan, dalam al qur’an pun di
jelaskan bahwa “bagiku agamaku dan bagimu agamamu” (QS. Al Kafirun) yang berarti dalam menjalankan agama setiap
pemeluknya tidak memiliki sangkut paut, karena apa yang diajarkan memiliki
perbedaan yang mendasar, namun pengaruh globalisasi seharusnya dapat menyatukan
perbedaan dalam lingkup kehidupan modern.
B. Identifikasi
Masalah
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana Potret
kehidupan pluralisme agama pada era globalisasi di lingkungan remaja?
2.
Bagaimana tingkat toleransi peserta didik berbeda agama di lingkup
SMA Negeri 1 Ungaran ?
3.
Bagaimana solusi dalam
menyikapi perbedaan agama pada era
globalisasi masa kini ?
C. Tujuan
Penulisan Karya Ilmiah
Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk.
1.
Mengetahui potret
kehidupan beragama pada era globalisasi di lingkungan.
2.
Mengetahui tingkat
toleransi peserta didik berbeda agama di lingkup SMA Negeri 1 Ungaran.
3.
Mengetahui pengaruh
perbedaan agama dan solusi perbedaan agama pada
era globalisasi yang terdapat di lingkungan SMA
Negeri 1 Ungaran.
D. Manfaat
PenulisanKarya Ilmiah
Manfaat penulisan karya ilmiah ini
secara teori dapat menambah pengetahuan maupun wawasan mengenai pengaruh
globalisasi terhadap tingkat toleransi pelajar SMA . adapun penulisan karya
ilmiah ini secara praktis :
1.
Memberi gambaran potret
kehidupan beragama pada era globalisasi di lingkungan .
2.
Menjadi salah satu
solusi dalam menyikapi perbedaan agama pada era globalisasi agar terciptanya
lingkungan yang harmonis.
3.
Menjaga dan
meningkatkan toleransi antara berbagai pluralism agama agar tidak terjerumus
dalam arus globalisasi yang negatif.
E. Metode
Penulisan Karya Ilmiah
Dalam
penyusunan karya tulis remaja, penulis menggunakan metode diskriptif kualitatif
serta pembagian angket, dimana karya tulis ini berisi potret suatu permasalahan
dan pengolahan data serta solusinya. Penulis memperoleh data melalui studi
pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber
dan pengolahan data melalui pengisian angket.
F. Sistematika
Penulisan Karya Ilmiah Remaja
1. Pendahuluan
a.
Latar Belakang
b.
Identifikasi
Masalah
c.
Tujuan penulisan
Karya Tulis
d.
Manfaat Penulisan
Karya Tulis
e.
Metode Penulisan
Karya Tulis
f.
Sistematika
Penulisan Karya Tulis
g.
Daftar Pustaka
h.
Lampiran
i.
Pembimbing
2. Pembahasan
a.
Potret kehidupan
antar agama pada era globalisasi di kalangan pelajar
b.
Analisis pentingnya
toleransi pelajar siswa SMA Negeri 1 Ungaran
c.
Solusi dalam
menghadapi toleransi di era globalisasi
3. Penutup
a.
Kesimpulan
b.
Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Potret
Kehidupan
Antaragama Pada Era Globalisasi di Kalangan Pelajar
Kata agama berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti mempunyai tradisi, dalam pengertian bahasa latin adalah
religi (religio) berdasar pada kata re-ligare yang artinya mengikat diri
kembali atau mengikat diri kepada Tuhan.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya
berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh
globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia
semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Dengan kata lain, globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa
Batas" yang saat ini menjadi realita dan sangat mempengaruhi perkembangan
budaya dan membawa perubahan baru.
Demikian, dua kata yang menjadi sorotan pada topik kali ini. Mengapa agama
dan globalisasi, karena dengan disatukannya dua hal tersebut maka akan
melahirkan toleransi yang kuat antar agama. Dengan adanya teknologi globalisasi
yang semakin canggih dan dibentengi oleh iman beragama yang kuat dari dalam
hati maka akan menghasilkan insan beragama yang cerdas dan toleran. Sebaliknya,
ketika globalisasi ini disalahgunakan maka akan terjadi perpecahan antar umat
manusia, karena tidak adanya rasa saling menghargai terhadap perbedaan yang
ada. Padahal, dengan adanya perbedaan inilah maka ilmu-ilmu dan pengalaman baru
akan muncul untuk lebih memperkuat keimanan dan mencerdaskan pemikiran.
Di Indonesia kita mengenal berbagai macam agama. Diantaranya Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Lalu muncul beberapa kepercayaan lain
seperti Kong Hu Chu, dan Keharibaan. Setiap agama saling mempengaruhi masyarakat. Begitu pula
sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi agama yang menyebabkan sebuah interaksi yang dinamis.
Perbedaan agama muncul karena rasa kagum terhadap sesuatu yang lebih hebat
darinya. Petir yang menyambar, guntur yang menggelegar, gunung meletus. Membuat
manusia merasa yakin bahwa ada kekuatan di luar dirinya
atau yang biasa kita sebut kekuatan supranatural. Berdasarkan
pengetahuan inilah manusia akhirnya memiliki kepercayaan atau agama yang
berbeda-beda. Keyakinan-keyakinan ini muncul berkaitan dengan pengalaman hidup
mereka. Maka cukup sulit untuk menentukan kebenaran sebuah keyakinan yang satu
dengan keyakinan yang lain.
Di Indonesia memiliki berbagai adat istiadat yang
berbeda-beda. Hal ini juga mempengaruhi perbedaan agama . Menurut Badan Pusat
Statistika (BPS) pada tahun 2010 menyatakan bahwa 87,18% dari 237.641.326
penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam 6,96%, Protestan 2,9%, Katolik
1,69%, Hindu 0,72%, Budha 0,05%, Kong Hu Chu 0,13% agama lainnya, dan 0,38%
tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Dalam sensus tersebut dapat di simpulkan
bahwa agama di Indonesia di dominasi oleh agama Islam, sehingga menjadikan
Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara di dunia dengan pemeluk agama islam
terbanyak.
Pada akhirnya perbedaan keyakinan ini merambah dalam berbagai
lingkup seperti
lingkup perbedaan agama di SMA N 1
Ungaran. Dengan perbandingan penganut Agama Islam sebanyak 91%, Kristen 4% dan
Katolik 5% . SMA Negeri 1 Ungaran sudah terbiasa menghadapi problematik
toleransi dalam hal diferensiasi beragama di kalangan peserta didik. Dengan perbandingan
yang cukup besar antara penganut agama Muslim dan Non Muslim, tak lepas dari
kesenjangan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal
ini juga dihadapkan pada kritikan bahwa
Islam adalah agama intoleran, diskriminatif, ekstrem. Islam dituduh tidak
memberikan kebebasan ruang beragama, kebebasan berpendapat. Sedangkan dalam
kehidupan sebenarnya banyak dari pemeluk agama islam yang menjunjung tinggi
toleransi, hal ini seharusnya menepis semua anggapan miring dari kritikan yang
ada.
Globalisasi kini sudah bukan lagi mengenai
fashion, narkoba, gaya hidup boros, freesex, dan lain sebagainya. Namun
globalisasi sudah mulai merambah pada aspek keagamaan. Dalam hal ini perbedaan
agama sudah dapat diterima masyarakat umum secara terbuka. Dapat dicontohkan
bahwa perayaan Hari Natal memang hari besar umat Nasrani, namun banyak
masyarakat beragama lain yang mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani.
Begitupun sebaliknya, Hari Raya Idul Fitri sudah bukan lagi milik umat Islam,
tetapi milik masyarakat Indonesia secara global.
Dalam hal ini remaja juga berpartisipasi agar agama yang ia yakini
dapat diterima oleh rekan-rekan mereka yang berbeda agama. Seperti misalnya
Hijab. Para remaja muslim pada saat ini mulai berinovasi dalam pengembangan
model berjilbab. Dan dengan adanya hijab ini
maka akan mengkikis anggapan miring bahwa remaja muslim yang berjilbab dianggap
kuno, ektrim, dan fanatik. Pergaulan
remaja berbeda agama pun sudah menjadi hal yang wajar. Bahkan kini banyak ditemui pasangan berbeda agama. Di bawah ini merupakan dampak dari adanya
fenomena globalisasi yang merambah pada bidang keagamaan dan pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dampak positif
:
1.
Dapat mempermudah memperoleh
informasi mengenai pendidikan agama melalui
media internet.
2.
Dengan adanya
internet kita mendapat
informasi tentang pentingnya menjalankan atau beribadah sehingga kita dapat
memperkuat keimanan.
3.
Dapat meningkatkan pengetahuan karena dalam agama Islam sangat
menjunjung tinggi orang yang memilki ilmu yang banyak (tholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli
muslimin wal muslimat).
4.
Internet
sebagai media dapat mempermudah penyebaran agama.
Dampak negatif
:
1.
Menurunnya akhlak umat Islam yang dikarenakan mengikuti budaya barat.
2.
Kurangnya potensi dan kreativitas individu muslim akibat tidak adanya kebebasan
pemikiran di tengah kaum muslim sendiri.
3.
Sikap kritis
yang total terhadap peradaban barat
didukung oleh kebebasan jiwa dari dominasi ide-ide barat.
4.
Ada
pergeseran identitas yang didominasi pengaruh siaran
televisi, radio, media massa, dan yang mengalami ledakan dahsyat dalam
dasawarsa belakangan ini yaitu internet
Dari dampak-dampak di atas, sugesti dari diri sendiri maupun lingkungan
sangat mempengaruhi toleransi. Sedangkan dalam konsep tri kerukunan umat
(Menteri Agama RI
tahun 1978-1984 H.
Alamsjah Ratu Perwiranegara) beragama di Indonesia menyebutkan
bahwa :
1.
Kerukunan intern umat beragama, yaitu
suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama.
Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Islam.
2.
Kerukunan antar umat beragama , yaitu
suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama
berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk
agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.
3. Kerukunan
umat beragama dengan pemerintah, yaitu bentuk kerukunan semua
umat-umat beragama menjalin hubungan yang yang harmoni dengan
Negara/ pemerintah.
Lalu bagaimana Islam memandang hidup berteman dan berinteraksi dengan masyarakat
yang berbeda agama ? Secara umum hukum berteman dan berinteraksi dengan mereka
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
-
Haram dan murtad jika terdapat kerelaan terhadap kekufuran mereka.
-
Haram jika ada kacenderungan kepada kekufuran mereka atau saling membantu
dan menolong mereka(karena kecenderungan) baik karena unsur kerabat atau cinta
tetapi dengan tetap meyakini bahwa agama mereka adalah bathil.
-
Boleh tetapi makruh jika sekedar hidup bersosial dengan baik-baik atau
lahiriyahnya saja.
Namun yang perlu diwaspadai adalah, pertemanan yang baik dan akrab
antaragama akan menarik seseorang cenderung mencintai mereka, dan itu haram.
Bahkan apabila dampak dari pertemanan tersebut sampai menyeret untuk hadir dan
membantu dalam acara kekufuran mereka.
B.
Analisis Pentingnya Toleransi Antar Pelajar SMA Negeri 1 Ungaran
Hidup bersosial bukanlah hal yang mudah.
Ketika setiap orang memiliki pilihan, selera dan privasi masing-masing, seseorang
tidak pantas untuk memaksakan pilihan, atau seleranya kepada orang lain. Dengan
kata lain toleransi harus ditegakkan. Hormatilah pilihan orang lain, agar orang
lain menghormati pilihan kita.
Mobil yang kita miliki, mungkin itulah pilihan yang
tepat bagi kita. namun bagi orang lain, bisa jadi mobil mereka lah yang paling
istimewa bagi mereka
Selera kita adalah apa yang
spesial bagi kita, begitupun dengan orang lain, selera mereka adalah yang
paling spesial bagi mereka. Masing-masing orang dengan pilihannya tanpa harus
saling mencemooh maupun menghina.
Tidak
ada keharusan untuk saling bertukar pilihan, jangankan bertukar, mencoba
pilihan orang lain pun bukanlah hal yang dibenarkan. ketika kita mengartikan
sebuah kepercayaan beragama.
Namun di zaman era
globalisasi ini banyak orang yang salah memahami arti toelransi beragama.
Sehingga menyamakannya dengan tukar guling keyakinan. Dan menganggap bahwa
mereka yang bersikukuh bahwa agama dan kepercayaan merekalah yang paling benar
berarti tidak bertoleransi
Doktrin semacam ini sangat menyimpang, dan sangat
tidak mungkin untuk diamalkan. Dalam hal ini,
toleransi lebih diluruskan pada, kita tetap menghargai orang lain terhadap
pilihan agamanya, dan ketika mereka melakukan ibadah agama yang mereka yakini
kita tidak harus menghinanya, namun pada saat iu juga kita tetap yakin bahwa
agama yang kita anutlah yang paling benar, sedangkan agama mereka yang salah.
Walaupun kita tidak mencemooh dan mengolok-olok pilihan mereka, apalagi sampai
mekasakan pilihan.
Kita bertoleransi terhadap
pilihan mereka, namun pada saat yang sama kita tetaplah orang yang antitukar guling
ideologi. Sebagaimana firman Allah SWT.
“....bagiku agamaku dan bagimulah
agamamu.”
Untuk mengetahui sejauh mana keterbukaan dalam hal toleransi beragama bagi
peserta didik, maka kami melakukan riset penelitian di SMA Negeri 1 Ungaran.
Hal ini menunjukkan seberapa besar peserta didik menghayati akan pentingnya
toleransi dalam perilaku dan pandangan hidupnya. Tingkat keterbukaan pentingnya
toleransi diukur berdasarkan angket yang telah kami susun dengan beberapa
modifikasi.
Pengambilan data diambil berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Glock dan
Strak. Karena dalam penelitian ini sampelnya merupakan peserta didik yang
berada dalam unit populasi, maka teknik pengambilan sampelnya ditetapkan secara
purpossive random sampling yaitu
memilih sampel berdasarkan tingkat kelas tertentu. Dalam hal ini di SMA Negeri
1 Ungaran menempatkan anak anak yang berbeda agama dalam satu kelas khusus.
Dalam satu angkatan terdiri atas 2 kelas yang berisi anak-anak
dalam agama yang berbeda. Jadi dalam
kesehariannya tidak semua peserta didik merasakan interaksi dengan rekan yang
berbeda agama. Jadi subjek dalam sampel ini adalah anak-anak yang menempati
kelas khusus tersebut. Serta beberapa peserta didik secara personal, yang
menempati kelas dengan rekan rekan yang berkeyakinan sama.
Terdiri dari 30 responden kelas X, 30 responden kelas XI, 30 responden kelas XII
( kelas dengan siswa beragama Islam
dan katolik). Berikut
adalah tabel hasil angket sesuai tingkatan kelas.
Kategori
|
PENGGOLONGAN TINGKAT
KETERBUKAAN TOLERANSI BERAGAMA
|
||
Islam
|
Katolik
|
Kristen
|
|
Sangat Baik
|
38%
|
44%
|
25%
|
Baik
|
44%
|
25%
|
50%
|
Rendah
|
25%
|
31%
|
25%
|
Total
|
100%
|
100%
|
100%
|
Dapat dilihat hasil penelitian secara global yang menunjukkan
hasil penjumlahan persentase
tingkat toleransi siswa SMA Negeri 1 Ungaran yang menunjukkan bahwa tingkat
toleransi Agama Islam dengan
kategori baik sebanyak 44% menduduki
peringkat pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa penganut Agama Islam terbuka dan toleran terhadap perbedaan
agama.
Pada Agama Katolik kategori sangat
baik dengan persentase sebanyak 44% menduduki peringkat pertama, hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas penganut Agama Katolik sangat terbuka dan toleran
terhadap perbedaan agama yang ada saat ini.
Pada Agama Kristen kategori baik
menduduki peringkat pertama dengan persentase sebanyak 50% hal ini menunjukkan
bahwa penganut Agama Kristen terbuka dan toleran dengan adanya perbedaan agama.
Dapat disimpulkan
bahwa, mayoritas peserta didik di SMA Negeri 1 Ungaran terbuka dengan adanya
perbedaan keyakinan di lingkungan sekolah, tempat tinggal, dan dalam lingkungan
masyarakat umum. Dalam hal ini globalisasi sangat berpengaruh terhadap
seseorang dalam menyikapi perbedaan agama. Karena dengan globalisasi maka ilmu
pengetahuan dan teknologi pun semakin canggih, hal itu dapat mempermudah
penyebaran ajaran-ajaran agama melalui dunia maya. Mengatasi toleransi pada era
globalisasi dapat pula
di dukung dengan pengamalan agama yang didapat dari
guru pembimbing masing-masing agama. Dapat di buktikan bahwa setiap agama pasti
tidak menginginkan adanya peperangan, perpecahan dengan agama lain. Dalam Islam di katakan bahwa
“seseorang diukur bukan berdasarkan jabatan namun berdasarkan tingkat
keimanannya” salah satu wujud keimanan seseorang selain meyakini dalam hati,
mengucapkan dengan lisan,yaitu melaksanakan keimanan dengan tindakan salah
satunya dengan bersikap saling menghargai antarsesama manusia yang menunjukkan
bahwa pengamalan keimanan dalam kehidupan sehari-hari menuju taraf yang sempurna.
Tingkat toleransi antar sesama sangat berpengaruh, seperti
di lingkungan SMA Negeri 1 Ungaran
dengan adanya pengelempokokan siswa beragama islam dengan agama non
islam akan tergambar jelas misalnya tingkat toleransi antar siswa rendah maka akan terjadi persaingan secara
individual, dampak lainnya yang lebih berbahaya yaitu apabila antar beda agama
saling menjelek jelekkan secara terbuka. Namun realitanya dapat di lihat dari
hasil angket bahwa notabene siswa SMA Negeri 1 Ungaran memiliki tingkat toleransi
dengan taraf yang baik dalam lingkungan kelas dengan perbedaan agama.
C. Solusi
Dalam Menghadapi Toleransi Beragama di Era Globalisasi
Pada
akhirnya gelombang globalisasi dengan dukungan perkembangan telekomunikasi dan
transportasi yang berkembang nyaris setiap detik, justru menjelma menjadi
fenomena yang tak mungkin lagi terbendung. Kita nampaknya tidak mempunyai pilihan lain selain turut serta
dalam arusnya yang sangat kuat. Tinggal kemudian kita yang menentukan: apakah
kita sekedar menjadi “pemain” yang pasrah mengikuti ke mana saja ia mengalir,
atau justru menjadi “pemain” yang lihai memanfaatkan arusnya untuk mewujudkan
cita-cita ke Islaman kita.
Namun
globalisasi tidak hanya mengenai paham sekulerisme, yaitu paham yang memisahkan antara urusan
dunia dengan urusan agama. Jadi dalam urusan duniawi tidak boleh dicampur
dengan agama, padahal seharusnya kita selalu menyatukan keduanya secara
seiringan sehingga tercipta kehidupan yang selaras. Tetapi hal ini sangat
bertentangan dengan apa yang terjadi di Indonesia sebuah negara yang memegang
prinsip adat ketimuran yang menjadikan agama sebagai landasan yang kuat.
Khususnya Islam dan umat Islam sesungguhnya dapat memanfaatkan globalisasi
sebagai jalan efektif untuk memperteguh identitasnya. Bahkan sudah seharusnya
demikian. Artinya pemanfaatan globalisasi dalam rangka meneguhkan bahkan
menyebarkan identitas Islam dan umat Islam sesungguhnya telah sampai pada taraf
kewajiban.
Pemanfaatan
globalisasi tentu saja didasarkan pada pandangan objektif bahwa fenomena ini
tidak sepenuhnya mengandung nilai-nilai negatif. Fenomena ini sebenarnya
menyimpan sebuah kekuatan, yang dampak-dampaknya bergantung pada “siapa dan
bagaimana” ia dimanfaatkan. Senjata paling mematikan yang dimiliki oleh
globalisasi adalah media informasi dan sarana telekomunikasi dengan segala
variannya yang berkembang setiap hari. Dan seperti yang telah disinggung
sebelumnya, hari ini kita menantikan kolaborasi antara ulama, pemikir, ilmuwan
ahli, budayawan, dan pelaku-pelaku globalisasi muslim untuk meracik secara
tepat, untuk kemudian menyajikan jawaban positif Islam atas globalisasi.
Untuk mengatasi hal ini, maka kami selaku
penulis mencanangkan sebuah solusi untuk sama-sama berperan dalam hal
penyebaran ajaran-ajaran agama, sarana dakwah, srana diskusi melalui media
sosial berupa blog. Hal ini kami sesuaikan dengan kondisi pada masa kini,
dimana segala hal dapat diakses dengan teknologi. Dan dengan media dakwah
blogging ini maka siapapun terutama para remaja dapat mengaksesnya secara
bebas. Blog ini telah kami rilis pada tanggal 2 September 2013, dengan alamat differentinmyopinion.blogspot.com. Blog ini telah dikunjungi oleh
beberapa rekan-rekan pelajar yang ingin membaca artikel yang telah kami
terbitkan. Dalam hal ini kami lebih mementingkan dialog lintas agama
yang dibagi menjadi dua hal yaitu dialog vertikal dan dialog horizontal.
Dialog vertikal yaitu pemahaman
dan penghayatan akan fungsi dan makna keagamaan secara mendalam bukan
fanatisme dalam beragama. Dalam pengertian kemasyarakatan
kita, banyak yang mempertentangkan suatu agama dengan agama lain, bahkan antar
sesama pemeluk agama tertentu. Karenanya para tokoh agama mengingatkan betapa
pentingnya penghayatan keagamaan dan untuk memperluas pengetahuan dialog
vertikal. Unsur
penting dalam dialog vertikal adalah mendalami materi keagamaan secara intern. Artinya,
kita harus belajar dan memperdalam secara objektif makna agama kita
masing-masing. Dalam arti lain yaitu pengabdian kepada Tuhan. Pengabdian
kepada Tuhan inilah yang disebut dengan dialog vertikal.
Dialog
horizontal adalah
interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai saling pengertian,
pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang
asasi, dengan menempatkan manusia pada posisi kemanusiaannya. Artinya, posisi
manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan
sebagai manusia yang berakal budi, yang kreatif dan berbudaya. Suatu
sifat dalam
dialog, di mana seseorang melihat lawan dialognya dengan hati lapang dan
penuh penghargaan (‘ain al ridla), bukan sebaliknya,
melihat lawan dialognya sebagai musuh dan penuh kebencian (‘ain al sukhth).
Sikap dasar moral harus tetap dipertahankan dalam hubungan dialog horizontal.
Oleh karena itu, umat beragama tidak layak
mempertentangkan dan menghancurkan eksistensi orang lain dengan mengatasnamakan
agama. Dunia yang semakin dekat ini
mengharuskan penganut agama-agama untuk berdialog dan saling memahami. Dan
tentu saja dialog semacam itu lebih baik daripada permusuhan yang akan menimbulkan kesenjangan dan berbagai macam
kekacauan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Era globalisasi telah merambah dalam berbagai aspek
kehidupan remaja dari segi teknologi, fashion, cara pandang dan agama. Di sini
peran agama khususnya mendampingi remaja dalam bertindak di lingkungan yang
memiliki kemajemukan dalam agama. Kebiasaan kuno
masyarakat zaman dahulu jauh berbeda dengan keterbukaan masyarakat saat ini
dalam menerima perbedaan agama dalam lingkungan mereka. Hal ini dapat terbukti
dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa tingkat toleransi seseorang di
lingkungan SMA Negeri 1 Ungaran yang notabene menjadi objek penelitian
didominasi oleh taraf toleransi dengan nilai baik hingga sangat baik. Pengaruh
globalisasi dalam kehidupan masyarakat era modern memiliki dampak negatif
maupun positif tergantung bagaimana seseorang bersikap kritis dengan
merambahnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan sosial masing-masing individu.
Dengan penyediaan blog yang membahas mengenai berbagai hal yang sesuai dengan
peningkatan toleransi sebagai pengaruh globalisasi di lingkungan para pelajar
kami bertujuan untuk membuat tempat bertukar pikiran, menambah wawasan dan
meningkatkan toleransi dalam lingkungan pelajar melalui media sosial yang dapat
di akses dengan mudah pada era globalisasi ini. Langkah selanjutnya agar
pelajar semakin meningkatkan toleransinya adalah dengan adanya kerjasama antar
sesama pelajar meskipun berebeda agama.
Pada khirnya jika berbicara mengenai kerukunan maka harus berbicara
tentang kita, bukan berbicara
tentang aku dan kamu sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhaammad SAW dalam
Piagam Madinah. Semoga kita selalu mampu menjaga persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwah Basyariyah), Persaudaran
Kebangsaan (Ukhuwah Wathaniyah)
dan Persaudaraan seiman (Ukhuwah
Diniyah) di bumi Indonesia yang kita cintai ini, agar kita dapat
hidup rukun dan harmoni.
B.
Saran
Dalam penulisan karya ilmiah ini , kami memberikan
beberapa saran dalam rangka meningkatkan moral pelajar, yaitu :
1. Diharapkan
dengan adanya blog di media sosial menjadikan para remaja memiliki tempat bertukar
pikiran yang tepat pada era
globalisasi seperti saat ini.
2. Diharapkan
dengan adanya blog ini dapat mencegah tindakan intoleran yang mengatas namakan
pemebelaan agama terutama di kalangan pelajar.
3. Hendaknya
toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan
menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman,
dan kesejahteraan.
4. Hasil
penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan referensi oleh remaja khususnya
pelajar SMA Negeri 1 Ungaran dalam menyikapi pengaruh globalisasi yang merambah
dalam berbagai aspek khususnya aspek keagamaan
No comments:
Post a Comment